Pada zaman kejayaan para raja-raja di Nuswantara (Nusantara) semua gunung memiliki arti yang sakral. Dan membuat penamaan gunung-gunung tersebut memiliki arti yang tidak sembarangan pula.
Namun penjajahan Belanda selama ratusan tahun telah memutus Sejarah Nuswantara dengan putra-putri penerus Leluhur bangsa Indonesia.
Diantaranya juga memutus sejarah nama-nama gunung dan mengganti nama-nama gunung yang tersebar di Nuswantara tersebut.
Hal ini ada maksudnya, karena bila nama gunung diketahui oleh generasi penerus, maka akan diketahui pula kerajaan-kerajaan di sekitar gunung tersebut.
Kini saatnya, putra-putri di Nuswantara harus tahu tentang yang sesungguhnya, bahwa bahasa utama para leluhur Nuswantara adalah bahasa Sansekerta.
Secara otomatis pada awalnya nama-nama gunung di Nuswantara adalah bahasa Sansekerta, berikut nama-nama gunung tersebut:
A – K
Agung = Tohlangkir
Batur = Tampurhyang
Bromo = Bromo (tetap)
Cikuray = Prawitra
Ciremai = Indrakila
Dieng = Sang Hyang
Galunggung = Kendyaga
Gede = Katong
Gunung Karang = Nisada
Kawi = Kawi (tetap)
Kelud = Kampud
L – R
Lawu = Mahendra
Merbabu = Limohan
Muria = Retawu
Papandayan = Gn Danghyang
Penanggungan = Penanggunangan (tetap)
Perahu = Baito
Pulosari = Pulosari (tetap)
Raung, dan gunung-gunung didekat gunung Raung Jawa Timur dulunya adalah gunung Semeru yg asli
S – Z
Salak = Sapto Argo
Slamet = Jamurdipa
Semeru (yang sekarang) = Salaka
Sumbing = Sungging
Sundoro = Sundoro (tetap)
Toba = Kelasa
Ungaran = Sakya
Welirang = Gora
Wilis = Pawinihan
0 komentar: